Cerita Sex Pipit, Kenalanku Di Bandara
- Home
- Cerita Sex
- Cerita Sex Pipit, Kenalanku Di Bandara
Memang pada saat itu sudah hampir 1 jam hujan lebat mengguyur kota Jakarta khususnya daerah Bandara sehingga hampir di semua daerah di Jakarta direndam banjir.
Pipit ternyata adalah salah satu mahasiswi semester 5 Universitas swasta terkenal di daerah Bypass dekat Pulomas. Dengan tinggi badan sekitar 170 dan berat badan sekitar 50 Kg, menggunakan rok jeans mini di atas lutut dan kaos merah dibalut dengan jaket kulit tipis membuat penampilannya sangat menarik sekali.
Mendengar sangat seriusnya cuaca di luar Pipit juga merasa takut untuk pulang mengemudikan mobilnya sendiri. Aku mencoba menghubungi HP-teman saya dengan meminjam HP Pipit (Maklum saya tidak punya HP karena di daerah kerja kami HP tidak bisa berfungsi), ternyata teman saya juga terjebak banjir.
Akhirnya aku putuskan untuk menawarkan diri mengemudikan mobil Pipit hingga sampai rumahnya dan nantinya aku akan naik Taksi ke hotel. Pipit setuju sekali dengan usulanku tersebut, saya kemudian meminta kunci mobil Pipit untuk mengambil mobil di parkiran dan Pipit menunggu koper saya.
Setelah menghampiri Pipit, kami kemudian langsung saja meninggalkan Bandara Cengkareng. Ternyata jalan tol Bandara juga macet karena banjir sehingga mobil-mobil pada takut untuk lewat jalan tersebut. Cukup lama juga kami antri di kemacetan yang hampir tidak berjalan tersebut, akan tetapi tidak terasa karena Pipit selalu mengajak aku ngobrol, kadang dia mengubah posisi duduknya dengan seenaknya seperti saya ini adalah kakaknya. Sehingga rok mininya kadang terangkat sangat tinggi dan kemulusan pahanya sangat merangsang aku untuk dapat mencium kemulusannya.
Tiba-tiba saja tangannya menggenggam tangan kiriku dan meremas-remasnya, aku balas juga dengan meremas tangannya dan kemudian dia menciumi tanganku dan memasukkan jari telunjukku ke dalam mulutnya dan menjilatinya. Aku kemudian memberanikan diri untuk mencoba mencium bibirnya, rupanya Pipit diam saja dan aku lebih berani lagi dengan menjilati bibirnya yang sangat ranum.
Tangan kanan saya mulai bergerak menjamah paha yang dari tadi sangat mengundang tersebut hingga menuju kepangkal pahanya. Hujan lebat, kaca mobil yang gelap, dan antrian kemacetan membuat aku leluasa untuk menikmati kemolekan tubuh Pipit.
Tidak beberapa lama kemudian Pipit mulai membalas ciumanku, lidah kami saling bertautan kadang Pipit menggigit kecil bibirku dan kadang menghisap lidahku. Sambil tangannya menuntun tanganku ke daerah kemaluannya dan menggosok-gosokkan, dia kelihatan sangat menikmatinya. Aku kemudian mencoba mengarahkan ciumanku ke lehernya yang mulus dan turun hingga ke buah dadanya yang ternyata besar ketika jaket kulitnya dibuka.
Keasyikan kami tiba-tiba terganggu, karena mobil di depan kami sudah maju agak jauh. Terpaksa kami menghentikan awal kenikmatan tersebut untuk memajukan mobil kami, rupanya Pipit juga agak jengkel dengan kondisi ini. Pipit mengubah duduknya lagi merapat ke aku dan tangannya diletakkan di atas pahaku.
Aku mencoba mengganti kaset dengan lagu instrumentnya Kenny G sehingga suasana petang itu di mobil semakin romantis. Tangan kanan Pipit mulai lagi beraksi meremas-remas penisku yang sudah tegang dari tadi, dan tangan kirinya dimasukkan ke dalam roknya untuk menjangkau kemaluannya dan mulai menggosok-gosok sendiri.
Kemudian tangannya mulai membuka celana kainku dengan mudahnya, dan penisku yang sudah berdiri tegak kali ini keluar dengan kekarnya. Pipit langsung menjilati dan memasukkan penisku ke dalam mulutnya, sangat terampil dan dasyat sekali permainannya mengulum penisku. Kelihatanya Pipit juga sudah sering melakukan hal ini. Tangan kanannya mulai lagi menggosok-gosok kemaluannya.
Aku benar-benar dibuat melayang tak berdaya, tiba-tiba dia berhenti dan bangun. Rupanya dia ingin melepas celana dalamnya yang kemungkinan mengganggu tanpa malu-malu. Dan kembali lagi mengulum penisku dan memainkan kemaluannya sendiri.
Setelah beberapa saat aku sudah mulai tidak kuat untuk menahan letupan kenikmatanku, Pipit lebih mempercepat mengocok, mengulum dan meremas penisku. Benar-benar nikmat sekali dan akhirnya aku tidak kuat menahan dan menyemburlah maniku di dalam mulut Pipit yang langsung ditelan dan dihisap Pipit dengan bersih.
Kemudian Pipit mulai mengubah posisinya tiduran diatas pahaku sambil tangannya memainkan kemaluannya sendiri. Tangan kiriku membantu meremas-remas payudaranya yang sudah tegak sekali dan saya yakin sangat bagus. Sekali-kali aku bungkukkan badanku untuk mencium susunya, sekali-kali aku juga menjilat kemaluannya walaupun agak susah sedikit menjangkaunya.
Sebenarnya aku ingin sekali berlama-lama memainkan susu dan kemaluannya akan tetapi saat ini tidak memungkinkan karena aku harus mengemudi di kondisi jalan yang sangat macet. Tidak lama kemudian erangan dan desahan nafasnya tidak beraturan dan pinggulnya bergoyang tidak karuan, rupanya Pipit sudah mulai mencapai klimaksnya dengan memainkan klitorisnya sendiri.
Dan beberapa saat kemudian tubuhnya kejang dan kaku sambil tangan kirinya memegang sendiri kepalanya.
“Mas Rudy sorry ya karena aku dari tadi sudah kepingin sekali main dengan Mas Rudy walupun kita baru saja ketemu” katanya
“Mas Rudy nggak marah kan?” tanyanya lagi
“Wah aku senang sekali, apalagi kalau kita bisa main di kamar bukan di dalam mobil” kataku
“Emang Mas Rudy ada waktu untuk Pipit” katanya
“Kenapa tidak, saya kan dalam rangka cuti” kataku
Kemudian dia mengambil HP-nya, ternyata menghubungi ke rumahnya.
“Ma, Kak Seno tidak jadi datang. Sekarang Pipit masih di bandara karena jalannya banjir” katanya
Pipit diam sesaat, mungkin dari seberang sedang bicara.
“OK deh Ma, Pipit tidur di Sheraton Hotel saja ya. Sambil besok sekalian jemput Kak Seno” katanya
Dan kemudian HP-nya ditutup.
“OK kita sekarang menuju ke Sheraton Bandara saja Kak” katanya
Kebetulan hotel Sheraton sudah dekat dan tidak susah untuk menuju ke sana hanya butuh waktu 15 menit di suasana macet seperti ini.
Sesampai di Lobby hotel ternyata nama Pipit sudah ada di bagian Reservasi, rupanya mamanya telah membookingkan dari rumah setelah Pipit sempat menelpon tadi. Pipit benar-benar tidak janggung untuk berdua masuk ke hotel denganku bahkan dia selalu memegang tanganku dan kadang mencium kecil pipiku. Tidak butuh waktu lama untuk mendapatkan kunci dan Pipit hanya menyerahkan kartu kreditnya semua urusan lancar.
Karena tidak membawa tas yang besar maka kami tidak membutuhkan room boy untuk membantu membawa tas dan menunjukkan kamar. Kami segera menuju ke lift. Karena lokasi kamar kami hanya di lantai 3, maka di dalam lift Pipit hanya sempat sebentar menciumi bibirku dan meremas-remas penisku. Aku juga meremas-remas pantatnya yang menggairahkan.
Ketika aku mau mulai turun mencium susunya Pipit menghentikan ciumannya dan langsung mengajakku mandi terlebih dahulu.
“Mas kita mandi dulu yuk, biar lebih enak nanti” rajuknya.
Dibukanya semua bajunya, memang benar-benar Pipit mempunyai tubuh yang indah dan putih mulus. Sampai aku nggak tahan melihatnya dan langsung saja kucium pantatnya dari belakang dan sedikit gigitan kecil.
“Mas Rudy nakal sekali sih .. entar aja ya habis mandi” katanya lagi.
Kemudian dia membantu aku untuk melepas baju dan celana sehingga kami berdua sama-sama telanjang bulat. Pipit masih sempat juga sebentar meremas dan membelai penisku yang sudah mulai tegang lagi sambil membimbing aku menuju kamar mandi.
Kami berdua mandi di bawah shower, Pipit sangat sabar sekali menyeka seluruh tubuhku dengan sabun, apalagi penisku.
Dia benar-benar menyabuni penisku dengan teliti dan dibilasnya seluruh badanku sambil salah satu tangannya mengelus-elus penisku yang berdiri tegak.
“Mas kenapa sih kok masih berdiri terus, sudah pingin ya “katanya, sambil dia sendiri mulai menyabuni dan membilas tubuhnya.
Aku juga bantu sedikit untuk membantu menyabun sambil menggerayangi seluruh tubuhnya. Setelah dia membilas tubuhnya tangannya langsung memainkan kemaluannya lagi. Pipit memberikan tanda ke aku agar aku muncumbuinya.
Tanpa diberi komando yang kedua, aku angkat satu kakinya untuk bertumpu di dinding dan aku mulai menjilati kemaluan sebelah luarnya. Harum sekali baik bagian luar maupun bagian dalamnya, begitu juga kedua bagian dalam pahanya.
Klitorisnya mulai aku cium, jilati dan hisap sambil memasukkan jari tengahku untuk merasakan dinding bagian dalam vaginanya. Hanya 3 menit aku mencumbui kemaluannya kemudian aku berdiri untuk melumat bibirnya dan tanganku meremas payudara dan sedikit memelintir pentilnya.
Satu tanganku lagi meremas-remas pantatnya dan sekali-kali menelusuri lubang duburnya, kelihatan sekali Pipit sudah mulai terangsang lagi. Kemudian aku benamkan kepalaku menuju kedua susunya yang besar dan masih kencang itu, pentilnya masih berwarna merah muda. Aku cium, jilati dan hisap secara bergantian kedua susunya sambil tangan kananku memainkan lubang kemaluannya.
Sekali aku gosok-gosok klitorisnya sampai dia agak menggelinjang.
“Aduh Mas enak sekali, gigit dong pentilku.. cepat Mas” katanya
Tangan kanannya meremas-remas rambutku sedangkan tangan kirinya sedikit mencengkeram punggungku.
“Mas enak Mas.. Mas enak sekali Mas.. terus Mas” desahnya
Setelah cukup lama kumainkan kedua susunya, aku mulai turun menciumi perut pinggang dan lama-lama turun ke arah kemaluannya.
Karena bercampur dengan air, vaginanya tampak sekali menggairahkan, kujilati dinding dalam vaginanya dan sedikit aku hisap. Lidahku berputar masuk sedalam mungkin sambil kugoyangkan kepalaku sehingga hidungku yang tepat diklitorisnya membantu lebih merangsang Pipit. Cairan mulai keluar dari dalam vagina Pipit membuat dia mendesah-desah.
Kemudian aku alihkan ciuman, jilatan dan hisapanku kearah klitorisnya sambil kepalaku bergoyang berputar. Jari tengah kananku masuk ke dalam kemaluannya mengacak-acak bagian dalam vaginanya.
“Est.. aduh.. sstt.. aduh” desahnya.
Membuat aku lebih bersemangat sambil tangan kanan meremas pantat dan sekali-kali pindah naik ke susunya.
Pipit mulai mengerang dan pinggulnya ikut digoyangkan memutar dan tidak lama kemudian pinggulnya maju mundur ditambah erangan yang tidak karuan.
“Mas.. Mas.. aku keluar Mas.. enak sekali Mas” katanya sambil kedua tangannya memegang kepalaku dan menekannya merapat kearah kemaluannya.
Cairan yang keluar dari dalam kemaluannya aku telan dan hisap habis sambil terus memainkan klitorisnya.
Aku mengharapkan Pipit akan keluar untuk kedua kalinya, rupanya dia tahu keinginanku dan dia juga mulai membuka kembali kedua pahanya untuk aku nikmati. Sekarang hanya satu tangannya saja yang memegang kepalaku dan satu tangan lainnya membantu membuka kedua vaginanya agar terbuka lebar sehingga jilatan dan hisapanku bisa leluasa. Dan tidak lama kemudian Pipit mencapai puncaknya yang kedua berselang tidak begitu lama. Rupanya dia benar-benar sangat menikmati sekali permaianku di kemaluannya.
Kemudian Pipit menuntunku menuju bathtub, menyuruhku untuk naik dan duduk di pinggir bathtub tersebut. Dia langsung memegang dan mengocok penisku sambil membuka kedua kakiku agar dia bisa duduk dengan enak. Sambil mengocok penisku dijilati ujungnya dan kadang mengulum penisku bagian atas. Jilatan-jilatannya benar-benar enak sekali hingga menuju kedua telurku dan sekali-kali memasukkan kedua telurku ke mulutnya. Sedikit cairan sudah keluar dari penisku yang kemudian dia hisap dan telan.
“Mas Rudy penismu enak dan bagus sekali lho” katanya
Memang kata sebagian cewek yang pernah main dengan aku, ukuran penisku di atas rata-rata orang Indonesia.
Pipit mulai memasukkan penisku kemulutnya dan menggerakan keluar masuk ke dalam mulutnya. Kadang mengocok lagi dengan tangannya dan memasukkan lagi ke dalam mulutnya sambil satu tangannya secara bergantian memilin pentilku dan kadang memasukkan telunjuknya ke dalam mulutku.
Tanganku yang awalnya hanya membelai kepalanya mulai aku arahkan untuk meremas susunya dan memilin pentilnya. Permainan mulut Pipit membuat penisku semakin berdenyut-denyut dan aku coba untuk menahan agar jangan sampai keluar dengan cara sekali-kali menahan agar Pipit berhenti sebentar.
Walaupun kelihatannya Pipit tidak memberikan celah penisku lepas dari tangan ataupun mulutnya. Akhirnya aku benar-benar sudah tidak tahan lagi sehingga keluarlah maniku di dalam mulut Pipit, dia hisap semua maniku hingga habis sambil terus mengocok penisku dengan mengunakan mulutnya.
Kenikmatan kedua ini benar-benar sangat mengasyikkan berbeda ketika aku keluar sewaktu di mobil tadi.
Pipit kemudian naik di atas pangkuanku sambil menciumi mulutku.
“Mas enak ya? tanyanya
“Nanti malam kita harus lebih enak lagi ya Mas” katanya
Sambil pinggulnya bergoyang maju mundur dan terus menciumi aku.
Setelah puas kami menuju shower lagi untuk membilas dan membersihkan diri, sambil sekali-kali dia mencium bibirku. Tanganku juga tak lepas dari memegang pantatnya yang padat dan mulus sekali. Kemudian kita keluar dan Pipit menghanduki seluruh tubuhku baru kemudian dia mohon aku juga mengeringkan tubuhnya dengan handukku tadi.
Pipit kemudian membuka lemari untuk mengambil piyama dan memakaikan ke tubuh dan tangannya yang nakal sekali-kali meremas penisku. artikelbokep.com Ketika piyama sudah diikat kepingangku kepalanya menerobos mengulum kembali sebentar penisku. Aku kemudian memakaikan piyama ke tubuh Pipit sambil meremas-remas pantatnya.
Aku mengambil sekaleng Bir dan menawari Pipit mau minum apa, ternyata dia minta sebotol air Aqua. Kemudian aku duduk menuju ke sofa, Pipit mengikutiku dan minta aku untuk memangkunya sambil tangannya merangkul belakang kepalaku dan menciumi mulutku lagi. Satu tangannya membimbing tanganku agar menuju kecelah pahanya sambil menonton acara televisi.
“Habis ini kita pesan makan dulu ya Mas, atau kita makan di bawah saja?” tanyanya
“Lebih baik kita makan di kamar saja Pit, aku pingin makan sambil telanjang dengan kamu” kataku
“Malam ini pokok aku adalah milik Mas, jadi Mas bisa membuat sesuka hati Mas” katanya
Pipit rupanya sangat setuju sekali dengan usulanku, kemudian dia berdiri mengambil daftar menu dan menelpon bagian room service.
***
- ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,